REPUBLIKA.CO.ID, TANGSEL--Generasi baru Indonesia menghadapi tantangan yang
berat. Tantangan itu berasal dari peradaban yang kental dengan nuansa serba
instan dan konsumtif.
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangsel,
Komaruddin Hidayat, menuturkan generasi baru Indonesia berada di persimpangan
arus antara kreatif dan konsumtif. Belum lagi, perkembangan teknologi telah
melahirkan dunia terkoneksi dengan cepat. Dunia itu diisi oleh generasi yang
disebut generasi connected.
"Sebabnya, guru perlu mendampingi anak didik untuk membangun sebuah kultur
sekolah dan keluarga guna membentengi mereka.. Tengok saja, pengajar semakin
banyak tapi krimininalitas tinggi. Itu karena, guru gagal mencetak kedua kultur
itu," kata dia saat menjadi keynote speaker dalam acara training "Guru Kreatif
Pendidikan Berkualitas LPI Dompet Dhuafa" di Wisma Syahida, Kampus II UIN, Kamis
(8/12).
Untuk itu, kata Komaruddin, dalam mendampingi anak didiknya, guru perlu
membekali diri dengan hal-hal seperti, pertama, guru harus kuasai materi ajar.
Murid tahu, mana guru yang pas-pasan. Kalau sudah begitu tidak akan mendapat
hormat dari murid. "Maka tepat kiranya perumpaan guru yang berhenti berlajar
maka harus berhenti mengajar," ujarnya.
Selain itu, kata Komaruddin, guru jangan kering dalam membangun hubungan anak
didik. Guru harus membangun hubungan emosional. Rasa emosional itu akan
menggerakan anak untuk menjadi murid yang berprestasi.
Kedua, guru masuk ke kelas membawa vibrasi optimisme kepada anak-anak. Jadi,
Anda jangan cerita masalah pribadi. Anak itu harus didorong untuk optimis. Kalau
anak-anak diracuni sikap pesimis, maka akan melahirkan generasi pesimis. "Masa
kemerdekaan tantangan begitu berat, tapi guru masa itu menanamkan optimisme,
hasilnya lahir generasi pekerja keras," kata dia.
Ketiga, saat menuju kelas, guru harus membawa cinta. Kalau anda menjadi guru
karena uang, anda tidak akan menjadi seorang yang kaya raya, kasihan muridnya.
Kalau anda memandang profesi guru sebagai takdir hidup, lahan amal, sumber
penghidupan, maka hasilnya luar biasa. "Anda mau jadi anggota DPR yang kaya tapi
dicaci maki masyarakat setiap hari. Tentu tidak bukan, tentu saja anda harus
mencintai profesi anda yang begitu mulia," katanya.
Acara training “Guru Kreatif Pendidikan Berkualitas” diselenggarakan oleh
Lembaga Pendidikan Insani Dompet Dhuafa (LPI DD) secara gratis kepada 500 guru
honorer se-Jabodetabek. Kegiatan ini adalah yang keempat kali sejak digelar pada
2008.
0 komentar:
Posting Komentar