Penulisan Kata Dasar dan Kata Turunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor : 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD), kaidah penulisan Kata Dasar dan Kata
Turunan adalah sebagai berikut :
Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan
kawannya di
kantor pos.
Kata Turunan
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis
serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
b. Imbuhan
dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
2. Jika bentuk
dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
3. Jika bentuk
dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
4. Jika salah
satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
adipati dwiwarna paripurna
aerodinamika ekawarna poligami
antarkota ekstrakurikuler pramuniaga
antibiotik infrastruktur prasangka
anumerta inkonvensional purnawirawan
audiogram kosponsor saptakrida
awahama mahasiswa semiprofesional
bikarbonat mancanegara subseksi
biokimia monoteisme swadaya
caturtunggal multilateral telepon
dasawarsa narapidana transmigrasi
dekameter nonkolaborasi tritunggal
demoralisasi pascasarjana ultramodern
Catatan:
(1) Jika
bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung
(-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur
gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu
ditulis terpisah dan unsur-unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan
Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur
gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan
arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi
kita.
(4) Bentuk-bentuk
terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan
sebagai bentuk dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak
daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap
kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur
gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang
mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
taklaik terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahkan
0 komentar:
Posting Komentar