:: dengan memahami sejarah kita dapat bertindak lebih bijak :: :: AJINING DIRI ANA ING KEDALING LATHI, AJINING RAGA ANA ING TATA BUSANA ::

Sabtu, 19 November 2011

Meningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA melalui penggunaan alat peraga kongkrit dan Metode Eksperimen


Meningkatan minat dan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA melalui penggunaan alat peraga kongkrit dan Metode Eksperimen

            Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks yang tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan pembelajaran (KBM) di dalam kelas. Pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta  didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Inti dari proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan tersebut. KBM merupakan tindak pembelajaran pendidik terhadap siswa. Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa sebagai respon terhadap segala acara pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik.
Belajar pada hakekatnya merupakan proses yang aktif yang melibatkan panca indera atau fisik dan psikis kita agar siswa mengalami proses belajar. Guru harus merancang pembelajaran yang membuat siswa terlibat aktif  (Asep Herry Hernawan dkk : 11.4). Dalam belajar sebagai proses ada berbagai faktor yang mempengaruhi yaitu masukan mentah (raw input) dalam hal ini siswa yang memiliki karakteristik tertentu baik fisiologis (kondisi fisik, panca indera) maupun psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif) dan instrumental input (kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan) (Ngalim Purwanto : 107).
            Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi yang timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan secara optimal, guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan (Asep Herry  Hernawan dkk : 9.5).
            Dalam mencapai tujuan pembelajaran sering muncul masalah pada siswa adalah siswa kelihatan tidak aktif dan bosan sehingga prestasinya rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan minat dan prestasi belajar siswa rendah adalah :
  1. Penjelasan guru bersifat abstrak karena disajikan dengan metode ceramah.
  2. Guru tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
  3. Media dan alat peraga yang digunakan kurang tepat.
  4. Guru kurang memberikan pengalaman nyata.
  5. Model pembelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa.

Tujuan dan ruang lingkup Mata Pelajaran IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
  1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip  dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,  teknologi dan masyarakat
  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut :
  1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan,  serta kesehatan
  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
  3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
  4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Belajar

Menurut Gagne dan Berliner belajar menunjukkan kondisi jiwa yang aktif di mana jiwa tidak sekedar menerima informasi atau materi akan tetapi mengolah dan melakukan transformasi.
Menurut Piaget dan William C. Crain (1980 : 98) belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi anak harus aktif. Oleh karenanya  peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajari. Konsekuensinya materi yang dipelajari harus menarik minat siswa dan menantang siswa asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran. Piaget mengisyaratkan bahwa kemampuan berpikir anak dan orang dewasa berbeda, implikasinya bahwa urutan bahan pelajaran dan metode harus menjadi pehatian utama.
Menurut Cofusius siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda seperti ‘saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya ingat, saya melakukan maka saya memahami.’


Alat Peraga

Alat peraga adalah alat-alat yang dipakai untuk peragaan (merupakan wujud) segala sesuatu yang diterangkan sehingga anak dapat melihat sendiri ,mendengar, merasakan, dan sebagainya (Budi nuryanta dkk,1997 :45). Alat peraga fungsinya agar anak tidak verbalisme Alat peraga merupakan jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak.
John Piaget dalam Abin Samsudin (2003 : 50) perkembangan kognitif anak SD berada pada tahap operasional kongkrit. Pada usia ini materi pelajaran akan mudah dipahami anak jika menggunakan obyek kongkrit dan anak terlibat langsung di dalamnya.
Menurut Robert J. Havighurt anak SD memiliki 4 karakteristik : senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melaksanakan atau memperagakan sesuatu secara langsung.
Sedangkan menurut Vermon A Magnesen siswa belajar 10 % dari apa yang mereka baca, 20 % dari apa yang mereka dengar, 30 % dari apa yang mereka lihat, 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar, 70 % dari apa yang mereka katakana, 90 % dari apa yang mereka katakan dan lakukan..
Hal tersebut mengisyaratkan guru untuk menggunakan alat peraga dan media dalam pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. Alat peraga atau alat bantu pendidikan memiliki peranan dalam :
  1. Melaksanakan dasar berpikir kongkrit dan mengurangi verbalisme.
  2. Memperbesar minat dan perhatian siswa.
  3. Meletakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar sehingga belajar menjadi lebih mantap.
  4. Memberi pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
  5. Menumbuhkan pikiran yang teratur dan kontinyu.
  6. Membantu tumbuhnya pengertian perkembangan kemampuan berbahasa.
  7. Memberi pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu perkembangan efisiensi yang lebih mantap dan mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar.

Minat

Minat adalah perasaan tertarik pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Hurlock (dalam Puji Lestari Prianto 2005 : 3. ) menyatakan bahwa minat dapat memperngaruhi prestasi anak. Anak yang berminat pada suatu pelajaran akan belajar dan berusaha upaya mendapat nilai yang lebih baik. Minat dapat menimbulkan rasa senang pada setiap kegiatan yang dipilih.
Minat pada dasarnya suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Makin kuat atau dekat hubungan tersebut makin kuat dan makin besar minatnya (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang 1986 :156).
Menurut Krapp, Hidi ,dan Renninger) Minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan keterkaitan atau perhatian secara selektif yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan mendatangkan kepuasan dalam dirinya  (Pendidikan anak SD)
Minat Pribadi umumnya ditujukan pada suatu kegiatan khusus yang dipilih seseorang. Minat situasional merupakan minat yang ditimbulkan oleh kondisi atau faktor lingkungan.Minat sebagai keadaan psikologia terjadi jika seseorang memiliki penilaian yang tinggi terhadap suatu kegiatan dan telah memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap kegiatan tersebut.
Seseorang akan mengabaikan suatu kegiatan apabila ia kurang memiliki pengetahuan mengenai kegiatan tersebut atau kegiatan tersebut kurang memiliki nilai atau memiliki nilai yang rendah bagi seseorang. Minat berperan penting dalam kegiatan seseorang dan berpengaruh besar pada tingkah laku dan sikap seseorang.
Menurut Hurlock (1989) ada empat cara minat mempengaruhi perkembangan anak yaitu sebagai berikut :
  1. Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi.
  2. Minat dapat sebagai pendorong
  3. Minat berpengaruh pada prestasi
  4. Minat yang berkembang pada masa anak–anak dapat menjadi minat selamanya.
Perkembangan minat memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
  1. Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental.
  2. Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar
  3. Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar dan kesempatan untuk belajar bergantiung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang dewasa disekitarnya.
  4. Perkembangan minat mungkin saja terbatas tergantung dari kemampuan fisik,mental serta pengalaman sosial anak.
  5. Minat dipengaruhi oleh budaya karena anak belajar dan memperoleh pengalaman melalui keluarga guru ,dan orang dewasa lain yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya.
  6. Minat dipengaruhi oleh emosi dan suasana hati .Jika suasana hati gundah ,minat pada sesuatu juga berkurang demikianpula sebaliknya.
  7. Minat bersifat egosentris,hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak.
Dari bahasan diatas dapat disimpulkan minat anak pada sekolah bukan hanya dari diri sendiri tetapi juga dari situasi disekitarnya, terutama guru. Hal ini dapat dimengerti karena ninat seseorang berkembang melalui proses belajar, dan dalam belajar tidak dapat diabaikan faktor lingkungan sekitar.

Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri (Pedoman Pelaksanaan PBM di SD 1994/1995 : 47).
Menurut Petunjuk Pelaksanaan KBM Depdikbud (1995 : 109) metode eksperimen digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan suatu proses baik secara sendiri atau kelompok. Kelebihan metode eksperimen antara  lain siswa akan mendapatkan pengalaman langsung dari suatu proses pembelajaran.

Hipotesis,  Indikator dan Kriteria Keberhasilan

Semua pernyataan di atas dapat ditafsirkan sebagai isyarat bagi guru untuk berupaya menyajikan sustu model pembelajaran yang menarik dan tidak monoton sehingga siswa terangsang untuk secara sadar aktif  dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi. Dengan pertimbangan dan merujuk beberapa pendapat pakar di atas disusun hipotesis sebagai berikut :
  1. Penggunaan alat peraga kongkrit dan metode eksperimen dalam pembelajaran materi Pesawat Sederhana akan meningkatkan minat belajar siswa.
  2. Penggunaan alat peraga kongkrit dan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi Pesawat Sederhana dapat  meningkatkan prestasi belajar siswa.
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa  adalah keteuntasan siswa terhadap materi. Siswa tuntas belajar jika menguasai materi 75 % atau lebih. Sedangkan indikator yang digunakan untuk mengukur minat belajar siswa adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi, aktif dalam kelompok serta penggunaan alat peraga kongkrit, keaktifan siswa dalam unjuk kerja di kelompoknya melalui diskusi.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
  1. Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan minat siswa) dinyatakan berhasil jika 75 % lebih dari jumlah siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
  2. Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan prestasi belajar) dinyatakan berhasil 75 % dari jumlah siswa tuntas belajar.

Artikel yang kemungkinan terkait:

0 komentar:

Posting Komentar